Budidaya Perairan 2010 Fkip Haluoleo Dominikus Deky Salombre: Maret 2011

Entri Populer

Kamis, 24 Maret 2011

PAKAN ALAMI


      Pakan Alami Artemia
Artemia merupakan pakan alami yang sangat dalam pembenian ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias. Ini terjadi karena artemia memiliki nilai gizi yang sangat tinggi, serta ukuran yang sesuai  dengan bukaan mulut hampir saluruh jenis larva ikan. Artemia dapat diterapkan diberbagai pembenihan ikan dan udang, baik itu air laut, payau maupun tawar.
Klasifikasi
Menurut bougis (1979) dalam kurniastuty dan isnansetyo (1995) adalah sebagai berikut:
Phylum                : Anthropoda
Kelas                   : Crustacea
Subkelas              : Branchiopoda
Ordo                    : Anostraca
Familia                 : Artemidae
Genus                  : Artemia
Spesies                 : Artemia Salina



Morfologi
            Kista Artemia sp, yang ditetaskan pada sanilitas 15-35 ppt akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Larva artemia yang baru menetas dikenal dengan nauplius. Nauplius dalam pertumbuhannya mengalami 15 kali perubahan bentuk, masing-masing perubahan merupakan satu tingkatan yang disebut instar (Pitoyo, 2004). Pertama kali menetas larva artemia disebut Instar I.
Nauplius stadia I (Instar I) ukuran 400 mikron, lebar 170 mikron dan berat 15 mikrongram, berwarna orange kecoklatan. Setelah 24 jam menetas, naupli akan berubah menjadi Instar II, Gnatobasen sudah berbulu, bermulut, terdapat saluran pencernaan dan dubur. Tingkatan selanjutnya, pada kanan dan kiri mata nauplius terbentuk sepasang mata majemuk. Bagian samping badannya mulai tumbuh tunas-tunas kaki, setelah Instar XV kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang. Nauplius menjadi artemia dewasa (proses Instar I-XV) antara 1-3 minggu(Mukti, 2004).
            Pada tiap tahapan perubahan Instar Nauplius mengalami moulting. Artemia dewasa memiliki panjang 8-10 mm ditandai dengan terlihat jelas tangkai mata pada kedua sisi bagian kepala, antenaberfungsi untuk sensori. Pada jenis jantan antenna berubah menjadi alat penjepit (muscular grasper), sepasang penis terdapat pada bagian belakang tubuh. Pada jenis betina antenna mengalami penyusutan.


Ekologi
            Artemia sp, secara umum tumbuh dengan baik pada kkisaran suhu 25-30 derajat celcius. Kista artemia kering tahan terhadap suhu -273 hingga 100 derajat celcius. Artemia dapat ditemui didanau dengan kadar garam tinggi, disebut dengan brain shrimp. Kultur biomasa artemia yang baik pada kadar garam 30-50 ppt. untuk artemia yang mampu menghasilkan kista membutuhkan kadar garam diatas 100 ppt (Kurniastuty dan Isnansetyo, 1995).
Reproduksi
            Chumaidi et al, (1990) menyatakan bahwa perkembangan artemia ada dua cara, yakni partenhogenesis dan biseksual. Pada artemia  yang termasuk jenis parthenogenesis populasinya terdiri dari betina semua yang dapat membentuk telur dan embrio berkembang dari telur yang tidak dibuahi. Sedangkan pada artemia jenis biseksual, populasinya terdiri dari jantan dan betina yang berkembang melalui perkawinan dan embrio berkembang dari telur yang dibuahi.
Penetasan Cystae Artemia
            Sutaman (1993) mengatakan bahwa penetasan cystae artemiaddapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan penetasan langsung dan penetasan dengan cara dekapsulasi. Cara dekapsulasi dilakukan dengan mengupas bagian luar kista menggunakan larutan hipoklorit tanpa mempengaruhi kelangsungan hidup embrio.
            Cara dekapsulasi merupakan cara yang tidak umum dgunakan pada panti-panti benih, namun untuk meningkatkan daya tetas dan menghilangkan penyakit yang dibawah oleh cytae artemia, cara dekapsulasi lebih baik digunakan (Pramudjo dan Sofiati, 2004). 
            Subaidah dan Mulyadi (2004) memberikan penjelasan langkah-langkah penetasan dengan cara dekapsulasi, sebagai berikut:
1.      Cystae artemia dehidrasi dengan menggunakan air tawar selama 1-2 jam;
2.      Cystae disaring menggunakan plangkton net 120 mikronm dan dicuci bersih;
3.      Cystae dicampur dengan larutan kaporit/klorin dengan dosis 1,5 ml per 1 gram cystae, kemudian diaduk hingga warna menjadi merah bata;
4.      Cystae segera disaring menggunakan plankton net 120 mikronm dan dibilas menggunakan air tawar sampai bau klorin hilang, barulah siap untuk ditetaskan;
5.      Cystae akan menetas setelah 18-24 jam. Pemanenan dilakukan dengan cara memetikan aerasi untuk memisahkan cytae yang tidak menetas denagan naupli artemia.
            Pramudjo dan Sofiati (2004) cystae hasil dekapsulasi dapat segera digunakan (ditetaskan) atau disimpan dalam suhu 0 derajat celcius sampai 4 derajat celcius dan digunakan sesuai kebutuhan.
Dalam kaitannya dengan proses penetasan Chumaidi et al (1990) mengatakan kista setelah dimasukan kedalam air laut (5-70 ppt) akan mengalami hidrasi berbentuk bulat dan didalamnya terjadi metabolisme embrio yang aktif, sekitar 24 jam kemudian cangkang kista pecah dan muncul embrio yang masih dibungkus dengan selaput. Pada saat ini panen segera akan dilakukan.
Pengayaan Artemia
            Pengayaan (enrichment) artemia dengan menggunakan beberapa jenis pengkaya misalnya scout emultion, selco dan vitamin C dan B kompleks powder dilakukan selama 2 jam (Suriawan,2004).
            Selanjutnya diperjelas oleh Subyakto dan Cahyaningsi (2003) bahwa pengayaan pakan alami menggunakan minyak ikan, minyak cumi-cumi, vitamin ataupun produk komersial lainnya yang membutuhkan waktu 2-4 jam untuk mendapatkan hasil yang baik. Artemia yang akan dilakukan pengayaan adalah yang baru menetas (nauplius) (Mukti, 2004).
            BBAP Situbondo (2004) mencatat bahwa pemberian vitamin C dengan cara pengayaan dengan dosis 0,1 – 0,5 ppm pada media pengayaan artemia dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva kerapu. Syaprizal (2006) juga memperoleh hasil dengan pengayaan vitamin C sebanyak 2 mg/1 ke artemia dapat meningkatkan kelulusan hidup benur udang windu dan diperoleh kemungkinan adanya kelulusan hidup lebih tinggi dengan penambahan dosis vitamin C.

Artemia Salina (BRINE SHRIMP)
            Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari phylum Arthopoda. Mereka berkerabat dekat dengan zooplankton lain seperti copepode dan daphnia (kutu air). Artemia hidup di danau-danau garam (berair asin) yang ada di seluruh dunia. Udang ini toleran terhadap selang salinitas yang sangat luas, mulai dari nyaris tawar hingga jenuh garam. Secarah alamiah salinitas danau dimana mereka hidup sangat bervariasi, pada jumlah hujan dan penguapan yang terjadi. Apabila kadar garam kurang dari 6% telur artemia akan tenggelam sehingga telur tidak bisa menetas, hal ini biasanya terjadi apabila air tawar banyak masuk kedalam danau dimusim penghujan. Sedangkan apabila kadar garam lebih dari 25% telur akan tetap berada dalam kondisi tersuspensi, sehingga dapat menetas dengan normal.
            Kista tertua artemia pernah ditemukan oleh suatu perusahaan pemboran yang bekerja disekitar danau “salt great”. Kista tersebut diduga berusia sekitar lebih dari 10000 tahun ( berdasarkan metode “carbon dating”). Setelah diuji, ternyata kista-kista tersebut masih bisa menetas walaupun usianya telah lebih dari 10000 tahun.
Siklus Hidup
            Siklus hidup artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista dan telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 250C kista akan menetas menjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan menyelesaikan perkembangannya kemudian menjadi naupli yang sudah akan berenang bebas. Pada awalnya naupli akan berwarna orange kecklatan akibat masih mengandung kuning telur. Artemia yang akan menetas tidak akan makan, karena mulut dan anusnya belum berbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam menetas mereka akan ganti kulit dan memasuki fase larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga, bakteri,dan detritus organik lainnya. Pada dasarnya mereka tidak akan peduli ( tidak memilih) jenis pakan yang dikonsumsinya selama bahan tersebut tersedia di air dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti   kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi dewasa dalam waktu 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuran sekitar 8 mm, meskipun demikian dalam kondisi yang pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapai ukuran sampai dengan 20 mm. pada kondisi demikian biomasnya akan mencapai 500 kali dibandingkan bimas pada fase naupli.
            Dalam tingkat salinitas rendah dan denganpakan yang optimal, betina artemia bisa menghasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari) mereka bisa memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10-11 kali. Dalam kondisi super ideal, artemia dewasa bisa hidup selama 3 bulan dan memproduksi naupli atau kista sebanyak 300 ekor (butir) per4hari. Kista akan terbentuk apabila limgkungannya berubah menjadi sangat salin dan bahan pakan sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang danmalam hari.
            Artemia dewasa toleran terhadap selang suhu- 18 hingga 400C. sedangkan temperatur optimal untuk penetasan kista dan pertumbuhan adalah 25-300C. meskipun demikian hal ini akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia menghendaki kadar salinitas antara 30-35ppt, dan mereka dapat hidup dalam air tawar selama lima jam sebelum akhirnya mati.
            Variable lain yang penting adalah pH, cahaya dan oksigen. pH dengan selang 8-9 merupakan selang yang paling baik, sedangkan pH di bawah 5 atau lebih tinggi dari 10 dapat membunu artemia. Cahaya minimal diperlukan dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan mereka. Lampu standar grouw-lite sudah cukup untuk keperluan hidup artemia. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untuk pertumbuhan artemia. Dengan suplai oksigen yang baik, artemia akan berwarna kuning atau merah jambu. Warna ini bisa berubah menjadi kehijauan apabilah mereka banyak mengkonsumsi mikro algae. Pada kondisi yang ideal seperti ini, atemia akan tumbuh dan beranak-pinak dengan cepat. Sehingga suplai artemia untuk ikan yang kita pelihara bisa terus berlanjut secara continyu. Apabilah kadar oksigen dalam air renda, dan air banyak mengandung bahan organik, atau apabialah salinitas meningkat, artemia akan memakan bacteria, detritus, dan sel-sel khamir ( yeast). Pada kondisi demikian meraka akan memproduksi hemoglobin sehingga tampak berwarna merah atau orange. Apabilah keadaan ini terus berlanjut meraka akan mulai memproduksi kista.




Penetasan Kista Artemia
            Kista artemia dapat ditetaskan secara optimal, apabila syarat-syarat yang diperlukannya dapat dipenuhi. Beberapa syarat tersebut adalah:
a.       Salinitas antara 20-30 ppt (parts per thousand) atau 1-2 sendok teh garam perliter air tawar.
b.      Untuk buffer bisa ditambahkan magnesium sulfate (20% konsentrasi) atau ½ sendok the per liter air.
c.       Suhu air 26-280C.
d.      Memberikan sinar selama penetasan untuk merangsang proses.
e.       Aerasi yang cukup, untuk menjaga oksigen terlarut sekitar 3 ppm pH 8.0 atau lebih, apabila pH drop dibawah 7.0 dapat ditambahkan soda kue untuk menaikan pH.
f.       Kepadatan sekitar 2 gram per liter.
g.      Sebelumnya dapat dilakukan dekapsulisasi untuk melunakan cangkang.

            Dekapsulisasi dapat meningkatkan presentase keberhasilan sampai dengan 10%. Penetasan dapat dilakukan pada semua jenis wadah. Untuk mempermudah “pemanenan” penetasan bisa dilakukan dalam akuariu berbentuk prisma terbalik, atau berdasarkan prinsip”kamar gelap dan terang”. Pemanenen paling mudah dilakukan dengan cara di siphon.

Dekapsulisasi
            Dekapsulisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan lapisan terluar dari kista artemia yang “keras” (korion). Proses ini setidaknya akan mempermudah “bayi” artemia untuk keluar dari “sarangnya”nya, kista yang telah didekapsulisasi masih bisa diberikan kepada ikan/burayak dengan aman, karena korionnya sudah hilang, sehingga akan dapat dicernah dengan mudah. Disamping itu proses ini juga sekaligus merupakan proses disinfeksi terhadadap kontaminan seperti bakteri, jamur dll.
            Bahan yangdiperlukan adalah larutan pemutih/bleaching agent (natrium hipoklorit) 12.5%. kalau anda menggunakan produk komersial, pastikan kosentrasi dan kemungkinan adanya kandungan bahan lain. Untuk ilustrasi berikut saya berikan contoh cara untuk melakukan dekapsulisasi kista artemia sebanyak 5 gram.
            Rendam 5 gram kista artemia (kurang lebih 1.5 sendok teh) dalam 400 ml air tawar, beri aerasi, dan biarkan selama 1-2 jam, hingga kista tersebut mengalami hidrasi dengan baik. Hal iniditandai dengan bentuk kista yang sudah membentuk bulatan sempurna. Kemudian tambahkan larutan pemutih sebanyak 27 ml. penambahan pemutih akan menyebabkan kista berubah warna menjadi coklat kemudian menjadi putih dalam waktu kurang lebih 2 menit. Selanjutnya dalam 5-7 menit kista akan berubah warna menjadi orange. Apabila 95% kista telah berwarna orange hentikan reaksi; kemudian segera cuci dengan air bersih sampai bau klorin hilang.
            Kista sekarang siap ditetaskan atau bisa disimpan dalam kulkas untuk selama 1 minggu. Apabila akan disimpan lebih lama, kista perlu didehidrasi kembali dengan menggunakan larutan garam 30%. Setelah didehidrasi, kista dapat disimpan dalam kulkas untuk selama 2-3 bulan.

SEDIMEN


SEDIMEN

 Sedimentasi Adalah pengendapan material hasil erosi karena kecepatan tenaga media pengangkutnya berkurang. Macam sedimentasi adalah (1)Sedimentasi akuatis yaitu sedimentasi dari materi yang diangkut oleh air sungai, mengakibatkan timbulnya meander sungai, datran banjir, tanggl alam, delta dan bantaran sungai. (2)sedimentasi aedis yang terjadi karena pengendapan materi yang diangkut oleh angin, proses ini menyebabkan timbunya gumuk pasir yang menyerupai bulan sabit (barkhan) dan memanjang (whale buck). Dan (4) sedimentasi glacial yang terjadi akibat pengikisan oleh gletser pada musim semi, yang mengakibatkan lembah berbentuk V berubah menjadi U.
Sedimentasi (geology) adalah proses pengendapan material padat dari kondisi tersuspensi atau terlarut dalam suatu fluida (biasanya air atau udara).
Definisi yang luas menurut Encyclopeia Britannica ini, selain meliputi endapan yang diendapkan oleh fluida yang mengalir (aliran air atau aliran udara), juga mencakup endapan gletser es, dan endapan talus atau akumulasi debris atau fragmen batuan di kaki tebing yang digerakkan oleh gravitasi.
Secara sederhana, menurut Merriam-Webster Online, sedimentasi adalah proses pembentukan atau pengendapan sedimen.
Sementara itu, sedimen didefinisikan secara luas sebagai material yang diendapkan di dasar suatu cairan (air dan udara), atau secara sempit sebagai material yang diendapkan oleh air, angin, atau gletser / es.

Lingkungan Pengendapan
Dampak Sedimentasi terhadap Kualitas Perairan
Kegiatan pembukaan lahan di bagian hulu dan DTA untuk pertanian, pertambangan dan pengembangan permukiman merupakan sumber sedimen dan pencemaran perairan danau. Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan danau dapat meningkatkan kekeruhan air. Hal ini menyebabkan menurunnya laju fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas primer perairan menjadi turun, yang pada gilirannya menyebabkan terganggunya keseluruhan rantai makan (Haryani, 2001).
Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi akan terbawa oleh aliran dan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatannya melambat atau terhenti. Proses ini dikenal dengan sedimentasi atau pengendapan. Asdak (2002) menyatakan bahwa sedimen hasil erosi terjadi sebagai akibat proses pengolahan tanah yang tidak memenuhi kaidah-kaidah konservasi pada daerah tangkapan air di bagian hulu. Kandungan sedimen pada hampir semua sungai meningkat terus karena erosi dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi dan pertambangan.
Hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang dapat diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Hal ini biasanya diperoleh dari pengukuran padatan tersuspensi di dalam perairan danau.
Berdasarkan pada jenis dan ukuran partikel-partikel tanah serta komposisi
bahan, sedimen dapat dibagi atas beberapa klasifikasi yaitugravels (kerikil),
medium sand(pasir), silt(lumpur), clay (liat) dan dissolved material(bahan
terlarut)Ukuran partikel memiliki hubungan dengan kandungan bahan organic
sedimen.
Sedimen dengan ukuran partikel halus memiliki kandungan bahan
organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan sedimen dengan ukuran partikel
yang lebih kasar. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan yang tenang, sehingga memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan organik ke dasar perairan. Pada sedimen kasar, kandungan bahan organik biasanya rendah karena partikel yang halus tidak mengendap. Selain itu, tingginya kadar bahan organic pada sedimen dengan ukuran butir lebih halus disebabkan oleh adanya gaya kohesi (tarik menarik) antara partikel sedimen dengan partikel mineral, pengikatan oleh partikel organik dan pengikatan oleh sekresi lendir organisme (Wood, 1997).
Lingkungan Pengendapan ESTUARIA
Sedimen merupakan tempat tinggal tumbuhan dan hewan yang ada di dasar. Sedimen terdiri dari bahan organik yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang membusuk kemudian tenggelam ke dasar dan bercampur dengan lumpur dan bahan anorganik yang umumnya berasal dari pelapukan batuan (Sverdrup, 1966). Kebanyakan perairan pesisir didominasi oleh substrat lunak. Substrat lumpur berasal dari sedimen yang terbawa oleh sungai ke perairan pesisir.
Claphman (1973) menyatakan bahwa air sungai mengangkut partikel Lumpur dalam bentuk suspensi, ketika partikel mencapai muara dan bercampur dengan air laut, partikel lumpur akan membentuk partikel yang lebih besar dan mengendap di dasar perairan.
Sedimen estuaria adalah secara fisiologis merupakan lingkungan yang kaku untuk kebanyakan invertebrata karena range kadar garamnya ( 14±30 0/00), fluktuasi temperatur dan pasang surut. Banyak spesies yang umum digunakan dalam pengujian toksisitas di perairan laut dan tawar, tidak sesuai untuk mengukur toksisitas sedimen di estuaria karena toleransi kadar garam yang sempit atau tidak ada spesies endemik di estuaria.
Sedimen laut menurut asalnya diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitulythogenous,biogenous danhydrogenous.Lythogenous adalah sediment yang berasal dari batuan, umumnya berupa mineral silikat yang berasal dari pelapukan batuan.Biogenous adalah sedimen yang berasal dari organisme berupa sisa-sisa tulang, gigi atau cangkang organisme, sedangkanhydrogenous merupakan sedimen yang terbentuk karena reaksi kimia yang terjadi di laut
(Hutabarat dan Stewart, 1985).
http://htmlimg4.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/3-4785cad500/000.jpghttp://html.scribd.com/hjk0hfbi9c37sw/images/3-4785cad500/000.jpg
Karakteristik sedimen akan mempengaruhi morfologi, fungsional, tingkah laku serta nutrien hewan benthos. Hewan benthos seperti bivalva dan gastropoda beradaptasi sesuai dengan tipe substratnya. Adaptasi terhadap substrat ini akan menentukan morfologi, cara makan dan adaptasi fisiologis organisme terhadap suhu, salinitas serta faktor kimia lainnya (Razak, 2002). Disamping tipe substrat, ukuran partikel sedimen juga berperan penting dalam menentukan jenis benthos laut (Levinton, 1982).
Partikel sedimen mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai dari yang kasar sampai halus. Menurut Buchanan (1984) berdasarkan skala Sedimen terdiri dari beberapa komponen bahkan tidak sedikit sediment yang merupakan pencampuran dari komponen-komponen tersebut. Adapun komponen itu bervariasi, tergantung dari lokasi, kedalaman dan geologi dasar (Forstner dan Wittman, 1983). Pada saat buangan limbah industri masuk ke dalam suatu perairan maka akan terjadi proses pengendapan dalam sedimen. Hal ini menyebabkan konsentrasi bahan pencemar dalam sedimen meningkat.
Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut. Pengendapan logam berat di suatu perairan terjadi karena adanya anion karbonat hidroksil dan klorida (Hutagalung, 1984).
Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding dalam air (Hutagalung, 1991)
Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen, oleh karena itu kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air (Harahap, 1991).

Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.


Manfaat Batuan Sedimen. Untuk bahan dasar bangunan (gypsum), bahan bakar (batu bara), Pengeras jalan (batu gamping),  Pondasi rumah (batu gamping), dll.

Konsentrasi logam berat pada sedimen tergantung pada beberapa faktor
yang berinteraksi. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Sumber dari mineral sedimen antara sumber alami atau hasil aktifitas
manusia.Melalui partikel pada lapisan permukaan atau lapisan dasar sedimen.
2. Melalui partikel yang terbawa sampai ke lapisan dasar.
3. Melalui penyerapan dari logam berat terlarut dari air yang bersentuhan.
Beberapa material yang terkonsentrasi di udara dan permukaan air mengalami oksidasi, radiasi ultraviolet, evaporasi dan polymerisasi. Jika tidak mengalami proses pelarutan, material ini akan saling berikatan dan bertambah berat sehingga tenggelam dan menyatu dalam sedimen. Logam berat yang diadsorpsi oleh partikel tersuspensi akan menuju dasar perairan, menyebabkan kandungan logam di air menjadi lebih rendah. Hal ini tidak menguntungkan bagi organisme yang hidup di dasar sepertioys ter dan kepiting sebagai filter feeder, partikel sedimen ini akan masuk ke dalam sistem pencernaannya (Williams, 1979).
Logam berat yang masuk ke sistem perairan, baik di sungai maupun lautan akan dipindahkan dari badan airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan absorbsi oleh organisme-organisme perairan (Bryan, 1976).
Proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
Pengendapan oleh air
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air, antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam dan delta.
a. Meander
Meander merupakan sungai yang berkelok - kelok yang terbentuk karena adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan.
http://htmlimg2.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/5-42e0fe3dfb/000.jpg
Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungi, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat akan terjadi pengikisan sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.
Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisan dan Pengendapan
terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, Sehingga terbentuk oxbow lake.
b. Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka kecepatan aliranya menjadi lambat. Akibatnya, terkadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat dan Lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan - lapisan sedimen. Akhirnya lapian lapisan sediment membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta.
Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus panjang di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga , pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.
c. Dataran banjir dan tanggul alam
http://htmlimg2.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/6-8972b82697/000.jpg
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu Dataran di tepi sungai. Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul alam.
Pengendapan oleh Air Laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, Antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.
Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat berfariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu Disebut spit.
Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang
spit terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier
beach).
Terbentuknys split
Apabila di sekitar spit terdapat pulam, biasanya spit akhirnya tersambung
dengan daratan, sehingga membentuk tombolo.
http://htmlimg4.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/7-8164872175/000.jpghttp://htmlimg4.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/7-8164872175/000.jpghttp://htmlimg4.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/7-8164872175/000.jpg
Tombolo
Pengendapan oleh angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan Pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
Gumuk pasir
Pengendapan oleh gletser.
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil Pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lemah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
Struktur batuan sedimen, kebanyakan sedimen diteransport oleh arus yang akhirnya diendapkan, sehingga ciri utama batuan sedimen adalah berlapis. Batas antara satu lapis dengan lapis lainnya disebut bidang perlapisan. Bidang perlapisan dapat terjadi akibat adanya perbedaan : warna, besar butir, dan atau jenis batuan antara dua lapis. Struktur sedimen lain yang umum dijumpai pada
http://htmlimg4.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/8-b49aa0feec/000.jpg
batuan sedimen adalah lapisan bersusun (granded bedding) dan lapisan silang siur (cross bedding), gelembur gelombang (riplemark), dan rekah kerut (mud cracks). Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu.
Didalam sedimen umumnya terut terendapkan sisa-sisa organisme atau tumbuhan, yang karena tertimbun,terawetkan. Dan selama proses Diagenesis tidak rusak dan turut menjadi bagian dari batuan sedimen atau membentuk lapisan batuan sedimen. Sisa-sia organisme atau tumbuhan yang terawetkan ini dinamakanfoss i l. Jadi fosill adalah bukti atau sisa-sisa kehidupan zaman lampau. Dapat berupa sisa organisme atau tumbuhan, seperti cangkang kerang, tulang atau gigi maupun jejak ataupun cetakan.
Fasies sedimentasi dapat diartikan sebagai kenampakan atau sifat fisik umum satu bagin sebuah tubuh batuan yang berbeda dari bagian yang lainnya. Dengan mempelajari perbedaan karekteristik pada lapisan-lapisan batuan serta fasiesnya dapat diketahui mekanisme, kondisi dan tempat pengendapan sedimen sebelum menjadi batuan.
Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau direkontruksi geografi purba dimana pengendapan terjadi. Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat transisi, dan laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan endapan danau, ditransport oleh air, juga dikenal dengan endapan gurun dan glestsyer yang diendapkan oleh angin yang dinamakan eolian. Endapan transisi merupakan endapan yang terdapat di daerah antara darat dan laut seperti delta,lagoon, dan litorial. Sedangkan yang termasuk endapan laut adalah endapan-endapan neritik, batial, dan abisal.
Proses sedimenter meninggalkan tanda(mark) pada batuan sedimen. Tanda ini akan terekam dalam beberapa karakteristik seperti tekstur, struktur, kandungan fosil dan komposisi mineral. Dari beberapa karakteristik tersebut yang terpenting adalah tekstur dan struktur. Tekstur merupakan kanampakan terkecil dari suatu batuan yang meliputi ukuran, bentuk dan orientasi dari individu- individu butir penyusunnya. Struktur sedimen dalam hal ini struktur primer merupakan kenampakan skala besar dari batuan sedimen itu sendiri, seperti
perlapisan, laminasi, perlapisan silang-siur, ripple mark, track, trail dan jejak-jejak
lain yang terbentuk oleh organisme.
Struktur sedimen dihasilkan oleh beberapa macam proses sedimenter, termasuk di dalamnya adalah aliran fluida, aliran gravitasi sedimen, deformasi sedimen lunak dan aktivitas biogenik. Struktur sedimen digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Beberapa aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat dievaluasi dari data struktur sedimen di antaranya adalah mekanisme transportasi sedimen, arah aliran arus purba, kedalaman air relatif, dan kecepatan arus relatif. Selain itu beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan untuk menentukan atas dan bawah suatu lapisan.Beberapa tipe struktur sedimen dapat diukur untuk memberikan informasi
tentang asal mula, pengendapan, dan sejarah sedimen. Sebagai contoh perlapisan silang-siur. Struktur ini merupakan struktur sedimen primer yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk arah arus purba atau menentukan arah transportasi sedimen. Dengan mengukur kedudukan perlapisan silang siur dan mengolahnya dengan metode statistika akan didapat arah umum dari perlapisan silang siur yang merupakan arah dari arus purba.
Konsep dasar perlapisan silang siur
Variasi energi selama transportasi sedimen menyebabkan reaksi variabel dari pengendapan selektif ukuran butir tertentu, bentuk butir, dan berat butir sampai erosi dan pembebanan diferensial dari pengendapan sedimen sebelumnya. Pengaruh transportasi dan pengendapan mempunyai sifat skalar yang memperlihatkan kebesaran tanpa menunjukkan arah transportasi, misalnya besar butir, bentuk butir dan lain-lain. Di samping mempunyai sifat skalar, transportasi dan pengendapan juga mempunyai sifat vektor, yaitu besaran yang menunjukkan arah (dalam hal ini arah transportasi), misalnya perlapisan silang-siur, gelembur gelombang, dan lain-lain.
Jadi perlapisan silang siur, adalah struktur sedimen primer yang mempunyai arah. Struktur ini sangat umum dijumpai pada batuan sedimen yang berukuran lanau hingga pasir. Perlapisan silang siur dibentuk oleh arus air/angin yang daya angkut suspensinya semakin berkurang, sehingga muatan suspensinya jatuh dan diendapkan ke muka secara gravity sliding (longsoran gravitasi) dalam bentuk bidang-bidang perlapisan sejajar.
Pada struktur perlapisan silang siur terdapat 3 parameter yang berubah-
ubah menurut tempat dan keadaan, yaitu :
1. Azimut atau arah kemiringan; merupakan fungsi dari arah aliran arus yang
terkuat.
2. Inklinasi, yaitu sudut lancip yang dibentuk oleh bidang fore set dengan bidang perlapisan bottom set (true bedding). Dalam proses sidementasi, sudut-sudut inklinasi merupakan sudut rebah yang besarnya tergantung kepada kekuatan arus. Arus yang kuat akan membentuk sudut inklinasi yang besar.
3. Ketebalan lapisan fore set yang bervariasi tergantung pada banyaknya suspensi yang dibawa oleh arus dan lamanya proses sedimentasi berlangsung.
Metode Analisis
Ada beberapa macam metode yang dapat dipergunakan untuk menentukan tendensi sentral dari suatu kedudukan perlapisan silang-siur, misalnya diagram mawar (rose diagram) yang pada prinsipnya menggunakan pendekatan modus dan analisis vektor. Mengingat besaran yang terukur pada struktur perlapisan silang- siur merupakan besaran vektor, maka perhitungan tendensi sentralnya dapat didekati dengan metode analisis vektor. Metode analisis vektor ini dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu analisis vektor 2-dimensi dan analisis vektor 3-dimensi.
http://htmlimg2.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/11-49e806dd08/000.jpghttp://htmlimg2.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/11-49e806dd08/000.jpghttp://htmlimg2.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/11-49e806dd08/000.jpghttp://htmlimg2.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/11-49e806dd08/000.jpghttp://htmlimg2.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/11-49e806dd08/000.jpghttp://htmlimg2.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/11-49e806dd08/000.jpghttp://htmlimg2.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/11-49e806dd08/000.jpghttp://htmlimg2.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/11-49e806dd08/000.jpghttp://htmlimg2.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/11-49e806dd08/000.jpg
Analisis Vektor 2-Dimensi
Data azimut perlapisan silang siur diukur dalam jumlah tertentu sesuai dengan kaidah statistika yang berlaku. Untuk menentukan tendensi sentral dari data-data azimuth perlapisan silang-siur dilakukan dengan menghitung besarnya rata-rata dari data tersebut. Besarnya rata-rata dapat dihitung secara vektor(vector
mean) dan secara aritmatika (arithmatic mean). Untuk lebih jelasnya dapat dibaca
pada Davis (1986). Besarnya rata-rata dengan menggunakan analisis vektor 2-D
dapat diturunkan dengan rumus-rumus sebagai berikut :
Misalkan arah tiap-tiap azimuth dari suatu perlapisan silang-siur adalah maka
besaran vektor untuk masing-masing sumbu adalah sbb.:
vektor resultannya adalah:
sedangkan besar sudut resultannya adalah :
Analisis Vektor 3-Dimensi
Berbeda dengan analisis vektor 2-D yang hanya menggunakan azimuth dari perlapisan silang siur, analisis vektor 3-D menggunakan kedudukan bidang perlapisan silang siur sebagai data. Data yang digunakan dalam perhitungan meliputi azimuth dan dip atau kemiringan bidang perlapisan silang-siur.
Perhitungan dengan menggunakan analisis vektor dapat dilakukan dengan menguraikan kedudukan bidang ( , ) secara statistik dapat dilakukan sebagai berikut :
http://htmlimg1.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/12-276704eecc/000.pnghttp://htmlimg1.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/12-276704eecc/000.pnghttp://htmlimg1.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/12-276704eecc/000.pnghttp://htmlimg1.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/12-276704eecc/000.pnghttp://htmlimg1.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/12-276704eecc/000.pnghttp://htmlimg1.scribdassets.com/hjk0hfbi9c37sw/images/12-276704eecc/000.png
dengan :
= azimuth, dan = dip
DAFTAR PUSTAKA
http://warmada.staff.ugm.ac.id/Strsed/
http://hagi.or.id/download/Resonansi/Resonansi-HAGI-6.pdf
http://elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/Geo
grafi/LITHOSFER.pdf
http://www.damandiri.or.id/file/marganofipbbab2.pdf

Sejarah penyelaman


Sejarah Menyelam
Tema: sport
Oleh: Ririn Purwati

Melihat Dunia Lain

Dari sejumlah lokasi penyelaman, yang paling berkesan saat ia bersama tim Reef Check Aceh dan North Sumatera menyelami laut Aceh pascatsunami. Selama dua minggu, ia dan rombongan menyelam pada titik-titik tertentu, mulai dari Sibolga hingga ke Pulau Rondo.
Bertemu Ikan HiuMenjelajahi perut laut tentu tidak sering menghadapi rintangan yang membahayakan. Sekalipun menguasai teori selam bisa jadi bahaya itu datang di luar perkiraan. Pengalaman Ivan misalnya, yang beberapa kali sempat menemui arus kuat yang mampu menyedot dirinya untuk terus ke dalam. Belum lagi pengalaman bertemu dengan ikan hiu. Ini terjadi saat ia mencari Ikan Mola-Mola di Pulau Menjangan, Bali bersama kru Expedition Metro TV pada bulan September 2006.
Saat itu ia syuting di kedalaman 30-an meter, tiba-tiba seorang rekannya menunjuk-nunjuk memberi aba-aba bahwa dibelakangnya ada dua ekor ikan hiu. Namun dengan gagah berani, aku mendekati hiu tadi dan ambil videonya.
Selain itu penyelam harus sehat, bebas dari sakit berat seperti jantung, ayan dan diabetes, karena kegiatan di bawah laut betul-betul menguras tenaga. Namun sebesar apapun rintangannya, tentu tidak mampu mengalahkan pesona warna-warni terumbu karang, gunung laut, lembah dasar laut yang jauh lebih menakjubkan dibanding pesona alam di daratan. Itulah sebagian keasyikan ketika hobi menyelam sudah mendarah daging.
Diving : Susah-susah Gampang
Trend masa kini ternyata tidak hanya terjadi pada gaya hidup dan mode, tetapi juga olah raga. Saat ini olah raga bawah laut menjadi pilihan. Terutama bagi kalangan menengah atas atau berduit. Olah raga bawah laut itu meliputi snorkling dan scuba diving. Diving atau scuba diving, olahraga menyelam ini bisa dibilang susah-susah gampang. Gampang bagi mereka yang sudah bisa berenang. Tetapi bagi pemula yang benar-benar awam, maka harus berlatih berenang dahulu. Karena syarat utama dari olahraga ini adalah bisa berenang dan tentu saja sehat !
Mengapa sehat ? Karena olah raga ini termasuk olah raga yang memerlukan jantung yang sehat. Daya tarik utama dari scuba diving adalah menyelam hingga ke dasar laut. Tidak lucu kan, jika tiba-tiba jantung Anda kumat, saat sedang menyelam ke dasar laut menikmati indahnya panorama alam dibawah permukaan laut.
Sedikit berbeda dengan snorkeling, diving itu menyelam hingga kedasar laut dan peralatan yang dipergunakan untuk menyelam lebih beragam. Misalnya saja dalam olah raga diving diperlukan tabung oksigen, sebagai bekal menghirup udara karena lokasi menyelam hingga kedasar laut. Untuk bisa menjajal kemampuan menyelam, Anda harus mengetahui dasar-dasar berenang. Setelah itu perlu mengetahui teori - teori dan prinsip yang digunakan dalam olahraga menyelam. Mengikuti syarat dan tata cara menyelam yang benar, adalah sudah baku !
Jika Anda benar-benar berminat untuk belajar menyelam maka yang perlu Anda lakukan adalah mengikuti uji awal renang. Biasanya uji awal renang ini berupa snorkeling, yaitu kegiatan berenang di permukaan untuk menikmati keindahan dasar pantai. POSSI/CMAS, PADI, NAUI membakukan uji awal renang 200m tanpa alat, atau 300m dengan alat bantu. Nah, berbeda dengan snorkeling, dalam diving seseorang baru bisa diperbolehkan menyelam jika ia mempunyai sertifikat minimal dari satu badan yang berwenang. Walau namanya berlainan, jenjang sertifikat keterampilan menyelam POSSI/CMAS, PADI dan NAUI setara yaitu Scuba Diver 1,2,3 Star (A1,2,3), Dive Master, Instructor B1,2 dari POSSI/CMAS. PADI Open Water Diver, Advanced Open Water Diver, Rescue Diver, Master Scuba Diver, Dive Master, Assistant Instructor, Instructor Open Water Scuba Diver (OWSI). NAUI Scuba Diver, Advanced Scuba Diver, Master Scuba Diver, Scuba Instructor.
Dalam kursus selam mencakup pemberian teori dasar dan lingkungan penyelaman, praktik di kolam antara lain bongkar pasang peralatan, turun naik ke kedalaman dan praktik uji laut. Calon penyelam akan diberikan sertifikat setelah lulus dalam ujian teori dan praktik di laut. Anda sudah memiliki sertifikat selam ? Jangan senang dulu dan jangan pernah coba-coba melakukan penyelaman sendirian ! Penyelam pemula tidak boleh melakukan penyelaman di dalam laut sendirian, paling tidak harus didampingi oleh seorang instruktur atau seorang dive master atau seorang yang telah mempunyai jam selam cukup tinggi serta dilakukan di perairan yang cukup tenang, teduh, dengan kedalaman maximal 60 feet dan cenderung tidak berarus.
Tidak hanya kursus, untuk menyelam, para penyelam diwajibkan memiliki peralatan lengkap sendiri seperti open heel fins (sirip buatan di kaki, berfungsi mempercepat gerakan saat di air dan memperlebar jangkauan saat berenang), boots, satu set peralatan mask (berfungsi sebagai jendela, yang menjaga mata kita agar tidak perih saat melihat-lihat panorama bawah laut), snorkel (selang udara, berfungsi sebagai pasokan oksigen tetap mengalir ke paru-paru), Buoyancy Compensator Device (BCD, rompi selam), regulator, wet suit (baju selam), sarung tangan selam dan sabuk pemberat bermutu baik. Sabuk pemberat dan tabung udara cukup kita sewa.
Jika Anda ingin melakukan penyelaman, beberapa hal yang perlu dilakukan adalah :
Tentukan lokasi penyelaman.
1. Persiapkan peralatan seperti fin (kaki katak), snorkel, tabung oksigen, BCD, boots, masker, baju selam, sarung tangan selam dan sebagainya.
2. Cek peralatan tersebut apakah ada yang rusak atau layak dipakai.
3. Yang penting juga, periksa alat pengukur tekanan (jumlah) udara dalam tabung. Jangan sampai melewati batas aman minimal.
4. Kedua hal tersebut penting, karena jika terjadi kerusakan saat berada didasar laut, maka nyawa Anda menjadi taruhannya !
5. Gunakan baju selam, sarung tangan selam, fins, boots, snorkel, regulator dan BCD dengan benar.
6. Mengetahui berbagai masalah yang dapat terjadi dalam penyelaman, memahami tindakan pencegahan dan penanggulangannya.
Barangkali Wikimuers ada yang tertarik untuk belajar menyelam, ada beberapa hal yang menghalangi orang menyelam.
1. Pilek, Jangan pernah mencoba menyelam kalau sedang pilek. Pada saat pilek Anda tidak akan mungkin melakukan teknik menyesuaikan tekanan gendang telinga dan tekanan bawah air (ear equalization). Akibatnya telinga Anda akan sakit bukan main, bak ditusuk pasak kayu. Tidak jarang, telinga Anda berdarah karenanya. Tidak bedanya dengan saat Anda naik pesawat terbang. Ketika pesawat sedang take off atau sedang mendarat, jika Anda tidak melakukan ear equalization, sama lah sakitnya jika Anda tidak melakukan ear equalization pada saat menyelam.
2. Saluran Eustasius sempit. Hal yang sama menyakitkan, jika saluran eustasius Anda (antara telinga dan hidung) kebetulan sempit. Anda akan mengalami kesulitan melakukan ear equalization, dan sulit atau mustahil menyelam. Pilek ... gampang, tinggal tunggu fisik sehat, nanti sembuh sendiri. Lha kalau yang satu ini? Jangan khawatir, datang saja ke dokter THT yang sering menangani kasus penyelam (misalnya dokter-dokter THT di RS Angkatan Laut), dijamin Anda mendapatkan treatment yang tepat, dan dalam waktu tidak lama, akan dapat menikmati penyelaman Anda.
3. Vertigo Terus terang saya kurang banyak membaca tentang vertigo. Namun jika kita akan menggunakan jasa sebuah diving operation, biasanya kita diberi selembar formulir untuk diisi. Ini merupakan safety procedure, biasanya pertanyaannya banyak yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Salah satunya adalah apakah Anda penderita vertigo. Bahayanya? Tidak dapat menentukan arah mana permukaan air laut itu. Black-out juga sangat membahayakan seorang penyelam. Namun saya kurang mengetahui apakah vertigo itu benar-benar menghalangi seorang untuk menyelam, ataukah hanya mengharuskan dive master untuk memperhatikan Anda, lebih daripada penyelam lainnya, jika di dalam air nanti.
4. Back pain Back pain seringkali diasosiasikan sebagai akibat sering membawa barang yang berat-berat. Bagaimana dengan kegiatan menyelam yang mengharuskan kita memanggul beban 13 kg saat kering dan 20 kg saat basah di punggung kita . Maaf, ini hanya perkiraan berat untuk yang berat badannya di bawah 50 kg, di atas itu, besi pemberatnya ditambah 2-3 kg lagi.
Back pain menurut banyak penggemar selam dan profesional selam, tidak menghalangi seseorang untuk menyelam. Penderita back pain tentu saja diharapkan tidak mencoba mengangkat peralatan selam di darat, minta orang lain yang membawakannya. Peralatan selam juga tidak dipakai di darat / atas air. Jadi peralatannya dicemplungkan dulu ke air, dan dipakai oleh penyelam di permukaan air.
5. Menstruasi Lagi-lagi, menurut banyak penggemar selam dan profesional selam, menstruasi tidak menghalangi seseorang untuk menyelam. Tentu saja selalu ada kekhawatiran bahwa darah yang keluar akan menarik ikan hiu keluar mencari mangsa. Namun, melihat ikan hiu di laut, adalah ibarat melihat harimau atau badak Jawa di hutan. Kalau Anda sampai ketemu hiu (apalagi whale shark) Anda beruntung sekali. Makanya penyelam yang diterkam hiu karena sedang menstruasi... sejauh yang saya tahu, belum pernah terdengar beritanya.
Sumber: