Budidaya Perairan 2010 Fkip Haluoleo Dominikus Deky Salombre: PAKAN ALAMI

Entri Populer

Kamis, 24 Maret 2011

PAKAN ALAMI


      Pakan Alami Artemia
Artemia merupakan pakan alami yang sangat dalam pembenian ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias. Ini terjadi karena artemia memiliki nilai gizi yang sangat tinggi, serta ukuran yang sesuai  dengan bukaan mulut hampir saluruh jenis larva ikan. Artemia dapat diterapkan diberbagai pembenihan ikan dan udang, baik itu air laut, payau maupun tawar.
Klasifikasi
Menurut bougis (1979) dalam kurniastuty dan isnansetyo (1995) adalah sebagai berikut:
Phylum                : Anthropoda
Kelas                   : Crustacea
Subkelas              : Branchiopoda
Ordo                    : Anostraca
Familia                 : Artemidae
Genus                  : Artemia
Spesies                 : Artemia Salina



Morfologi
            Kista Artemia sp, yang ditetaskan pada sanilitas 15-35 ppt akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Larva artemia yang baru menetas dikenal dengan nauplius. Nauplius dalam pertumbuhannya mengalami 15 kali perubahan bentuk, masing-masing perubahan merupakan satu tingkatan yang disebut instar (Pitoyo, 2004). Pertama kali menetas larva artemia disebut Instar I.
Nauplius stadia I (Instar I) ukuran 400 mikron, lebar 170 mikron dan berat 15 mikrongram, berwarna orange kecoklatan. Setelah 24 jam menetas, naupli akan berubah menjadi Instar II, Gnatobasen sudah berbulu, bermulut, terdapat saluran pencernaan dan dubur. Tingkatan selanjutnya, pada kanan dan kiri mata nauplius terbentuk sepasang mata majemuk. Bagian samping badannya mulai tumbuh tunas-tunas kaki, setelah Instar XV kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang. Nauplius menjadi artemia dewasa (proses Instar I-XV) antara 1-3 minggu(Mukti, 2004).
            Pada tiap tahapan perubahan Instar Nauplius mengalami moulting. Artemia dewasa memiliki panjang 8-10 mm ditandai dengan terlihat jelas tangkai mata pada kedua sisi bagian kepala, antenaberfungsi untuk sensori. Pada jenis jantan antenna berubah menjadi alat penjepit (muscular grasper), sepasang penis terdapat pada bagian belakang tubuh. Pada jenis betina antenna mengalami penyusutan.


Ekologi
            Artemia sp, secara umum tumbuh dengan baik pada kkisaran suhu 25-30 derajat celcius. Kista artemia kering tahan terhadap suhu -273 hingga 100 derajat celcius. Artemia dapat ditemui didanau dengan kadar garam tinggi, disebut dengan brain shrimp. Kultur biomasa artemia yang baik pada kadar garam 30-50 ppt. untuk artemia yang mampu menghasilkan kista membutuhkan kadar garam diatas 100 ppt (Kurniastuty dan Isnansetyo, 1995).
Reproduksi
            Chumaidi et al, (1990) menyatakan bahwa perkembangan artemia ada dua cara, yakni partenhogenesis dan biseksual. Pada artemia  yang termasuk jenis parthenogenesis populasinya terdiri dari betina semua yang dapat membentuk telur dan embrio berkembang dari telur yang tidak dibuahi. Sedangkan pada artemia jenis biseksual, populasinya terdiri dari jantan dan betina yang berkembang melalui perkawinan dan embrio berkembang dari telur yang dibuahi.
Penetasan Cystae Artemia
            Sutaman (1993) mengatakan bahwa penetasan cystae artemiaddapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan penetasan langsung dan penetasan dengan cara dekapsulasi. Cara dekapsulasi dilakukan dengan mengupas bagian luar kista menggunakan larutan hipoklorit tanpa mempengaruhi kelangsungan hidup embrio.
            Cara dekapsulasi merupakan cara yang tidak umum dgunakan pada panti-panti benih, namun untuk meningkatkan daya tetas dan menghilangkan penyakit yang dibawah oleh cytae artemia, cara dekapsulasi lebih baik digunakan (Pramudjo dan Sofiati, 2004). 
            Subaidah dan Mulyadi (2004) memberikan penjelasan langkah-langkah penetasan dengan cara dekapsulasi, sebagai berikut:
1.      Cystae artemia dehidrasi dengan menggunakan air tawar selama 1-2 jam;
2.      Cystae disaring menggunakan plangkton net 120 mikronm dan dicuci bersih;
3.      Cystae dicampur dengan larutan kaporit/klorin dengan dosis 1,5 ml per 1 gram cystae, kemudian diaduk hingga warna menjadi merah bata;
4.      Cystae segera disaring menggunakan plankton net 120 mikronm dan dibilas menggunakan air tawar sampai bau klorin hilang, barulah siap untuk ditetaskan;
5.      Cystae akan menetas setelah 18-24 jam. Pemanenan dilakukan dengan cara memetikan aerasi untuk memisahkan cytae yang tidak menetas denagan naupli artemia.
            Pramudjo dan Sofiati (2004) cystae hasil dekapsulasi dapat segera digunakan (ditetaskan) atau disimpan dalam suhu 0 derajat celcius sampai 4 derajat celcius dan digunakan sesuai kebutuhan.
Dalam kaitannya dengan proses penetasan Chumaidi et al (1990) mengatakan kista setelah dimasukan kedalam air laut (5-70 ppt) akan mengalami hidrasi berbentuk bulat dan didalamnya terjadi metabolisme embrio yang aktif, sekitar 24 jam kemudian cangkang kista pecah dan muncul embrio yang masih dibungkus dengan selaput. Pada saat ini panen segera akan dilakukan.
Pengayaan Artemia
            Pengayaan (enrichment) artemia dengan menggunakan beberapa jenis pengkaya misalnya scout emultion, selco dan vitamin C dan B kompleks powder dilakukan selama 2 jam (Suriawan,2004).
            Selanjutnya diperjelas oleh Subyakto dan Cahyaningsi (2003) bahwa pengayaan pakan alami menggunakan minyak ikan, minyak cumi-cumi, vitamin ataupun produk komersial lainnya yang membutuhkan waktu 2-4 jam untuk mendapatkan hasil yang baik. Artemia yang akan dilakukan pengayaan adalah yang baru menetas (nauplius) (Mukti, 2004).
            BBAP Situbondo (2004) mencatat bahwa pemberian vitamin C dengan cara pengayaan dengan dosis 0,1 – 0,5 ppm pada media pengayaan artemia dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva kerapu. Syaprizal (2006) juga memperoleh hasil dengan pengayaan vitamin C sebanyak 2 mg/1 ke artemia dapat meningkatkan kelulusan hidup benur udang windu dan diperoleh kemungkinan adanya kelulusan hidup lebih tinggi dengan penambahan dosis vitamin C.

Artemia Salina (BRINE SHRIMP)
            Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari phylum Arthopoda. Mereka berkerabat dekat dengan zooplankton lain seperti copepode dan daphnia (kutu air). Artemia hidup di danau-danau garam (berair asin) yang ada di seluruh dunia. Udang ini toleran terhadap selang salinitas yang sangat luas, mulai dari nyaris tawar hingga jenuh garam. Secarah alamiah salinitas danau dimana mereka hidup sangat bervariasi, pada jumlah hujan dan penguapan yang terjadi. Apabila kadar garam kurang dari 6% telur artemia akan tenggelam sehingga telur tidak bisa menetas, hal ini biasanya terjadi apabila air tawar banyak masuk kedalam danau dimusim penghujan. Sedangkan apabila kadar garam lebih dari 25% telur akan tetap berada dalam kondisi tersuspensi, sehingga dapat menetas dengan normal.
            Kista tertua artemia pernah ditemukan oleh suatu perusahaan pemboran yang bekerja disekitar danau “salt great”. Kista tersebut diduga berusia sekitar lebih dari 10000 tahun ( berdasarkan metode “carbon dating”). Setelah diuji, ternyata kista-kista tersebut masih bisa menetas walaupun usianya telah lebih dari 10000 tahun.
Siklus Hidup
            Siklus hidup artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista dan telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 250C kista akan menetas menjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan menyelesaikan perkembangannya kemudian menjadi naupli yang sudah akan berenang bebas. Pada awalnya naupli akan berwarna orange kecklatan akibat masih mengandung kuning telur. Artemia yang akan menetas tidak akan makan, karena mulut dan anusnya belum berbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam menetas mereka akan ganti kulit dan memasuki fase larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga, bakteri,dan detritus organik lainnya. Pada dasarnya mereka tidak akan peduli ( tidak memilih) jenis pakan yang dikonsumsinya selama bahan tersebut tersedia di air dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti   kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi dewasa dalam waktu 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuran sekitar 8 mm, meskipun demikian dalam kondisi yang pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapai ukuran sampai dengan 20 mm. pada kondisi demikian biomasnya akan mencapai 500 kali dibandingkan bimas pada fase naupli.
            Dalam tingkat salinitas rendah dan denganpakan yang optimal, betina artemia bisa menghasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari) mereka bisa memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10-11 kali. Dalam kondisi super ideal, artemia dewasa bisa hidup selama 3 bulan dan memproduksi naupli atau kista sebanyak 300 ekor (butir) per4hari. Kista akan terbentuk apabila limgkungannya berubah menjadi sangat salin dan bahan pakan sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang danmalam hari.
            Artemia dewasa toleran terhadap selang suhu- 18 hingga 400C. sedangkan temperatur optimal untuk penetasan kista dan pertumbuhan adalah 25-300C. meskipun demikian hal ini akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia menghendaki kadar salinitas antara 30-35ppt, dan mereka dapat hidup dalam air tawar selama lima jam sebelum akhirnya mati.
            Variable lain yang penting adalah pH, cahaya dan oksigen. pH dengan selang 8-9 merupakan selang yang paling baik, sedangkan pH di bawah 5 atau lebih tinggi dari 10 dapat membunu artemia. Cahaya minimal diperlukan dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan mereka. Lampu standar grouw-lite sudah cukup untuk keperluan hidup artemia. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untuk pertumbuhan artemia. Dengan suplai oksigen yang baik, artemia akan berwarna kuning atau merah jambu. Warna ini bisa berubah menjadi kehijauan apabilah mereka banyak mengkonsumsi mikro algae. Pada kondisi yang ideal seperti ini, atemia akan tumbuh dan beranak-pinak dengan cepat. Sehingga suplai artemia untuk ikan yang kita pelihara bisa terus berlanjut secara continyu. Apabilah kadar oksigen dalam air renda, dan air banyak mengandung bahan organik, atau apabialah salinitas meningkat, artemia akan memakan bacteria, detritus, dan sel-sel khamir ( yeast). Pada kondisi demikian meraka akan memproduksi hemoglobin sehingga tampak berwarna merah atau orange. Apabilah keadaan ini terus berlanjut meraka akan mulai memproduksi kista.




Penetasan Kista Artemia
            Kista artemia dapat ditetaskan secara optimal, apabila syarat-syarat yang diperlukannya dapat dipenuhi. Beberapa syarat tersebut adalah:
a.       Salinitas antara 20-30 ppt (parts per thousand) atau 1-2 sendok teh garam perliter air tawar.
b.      Untuk buffer bisa ditambahkan magnesium sulfate (20% konsentrasi) atau ½ sendok the per liter air.
c.       Suhu air 26-280C.
d.      Memberikan sinar selama penetasan untuk merangsang proses.
e.       Aerasi yang cukup, untuk menjaga oksigen terlarut sekitar 3 ppm pH 8.0 atau lebih, apabila pH drop dibawah 7.0 dapat ditambahkan soda kue untuk menaikan pH.
f.       Kepadatan sekitar 2 gram per liter.
g.      Sebelumnya dapat dilakukan dekapsulisasi untuk melunakan cangkang.

            Dekapsulisasi dapat meningkatkan presentase keberhasilan sampai dengan 10%. Penetasan dapat dilakukan pada semua jenis wadah. Untuk mempermudah “pemanenan” penetasan bisa dilakukan dalam akuariu berbentuk prisma terbalik, atau berdasarkan prinsip”kamar gelap dan terang”. Pemanenen paling mudah dilakukan dengan cara di siphon.

Dekapsulisasi
            Dekapsulisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan lapisan terluar dari kista artemia yang “keras” (korion). Proses ini setidaknya akan mempermudah “bayi” artemia untuk keluar dari “sarangnya”nya, kista yang telah didekapsulisasi masih bisa diberikan kepada ikan/burayak dengan aman, karena korionnya sudah hilang, sehingga akan dapat dicernah dengan mudah. Disamping itu proses ini juga sekaligus merupakan proses disinfeksi terhadadap kontaminan seperti bakteri, jamur dll.
            Bahan yangdiperlukan adalah larutan pemutih/bleaching agent (natrium hipoklorit) 12.5%. kalau anda menggunakan produk komersial, pastikan kosentrasi dan kemungkinan adanya kandungan bahan lain. Untuk ilustrasi berikut saya berikan contoh cara untuk melakukan dekapsulisasi kista artemia sebanyak 5 gram.
            Rendam 5 gram kista artemia (kurang lebih 1.5 sendok teh) dalam 400 ml air tawar, beri aerasi, dan biarkan selama 1-2 jam, hingga kista tersebut mengalami hidrasi dengan baik. Hal iniditandai dengan bentuk kista yang sudah membentuk bulatan sempurna. Kemudian tambahkan larutan pemutih sebanyak 27 ml. penambahan pemutih akan menyebabkan kista berubah warna menjadi coklat kemudian menjadi putih dalam waktu kurang lebih 2 menit. Selanjutnya dalam 5-7 menit kista akan berubah warna menjadi orange. Apabila 95% kista telah berwarna orange hentikan reaksi; kemudian segera cuci dengan air bersih sampai bau klorin hilang.
            Kista sekarang siap ditetaskan atau bisa disimpan dalam kulkas untuk selama 1 minggu. Apabila akan disimpan lebih lama, kista perlu didehidrasi kembali dengan menggunakan larutan garam 30%. Setelah didehidrasi, kista dapat disimpan dalam kulkas untuk selama 2-3 bulan.

Tidak ada komentar: