Tips dan Cara Mudah Budidaya Lobster Air Tawar di Rumah
Suka
menkonsumsi lopster, atau hanya suka dengan bentuknya saja yang unik???
Bagaimana jika mencoba memelihara atau membudidayaknnya di air tawar??
Wah pasti jadi aktivitas baru yang menguntungkan pastinya. Sebenarnya
ada cukup banyak jenis lobster air tawar. Namun pada kali ini kita akan
berbagi pengetahuan mengenai budidaya lobster air tawar (cherax
quadricarinatus) atau lebih familiar disebut dengan redclaw, karena
ketika dewasa lobster tersebut terdapat warna merah pada capit bagian
luarnya. Terutama akan sangat terlihat jelas pada jenis pejantan.
Umumnya untuk membedakan antara jenis betina dan jantan, adalah
dengan melihat warna capitnya. Jika ada warna merahnya, berarti lobster
tersebut jantan. Lobster jenis air tawar ini sangat mudah untuk
dipelihara dan dibudidaya. Karena jenis ini sangat kuat hidup di
berbagai kondisi. Dan jenis ini termasuk omnivora, karena jenis ini
selain makan pur, lobster jenis ini juga doyan makan tumbuh-tumbuhan
seperti eceng godok. Bahkan terkadang ketika diberi nasi pun akan
dimakan.
Untuk membudidayakan lobster ini sebenarnya sangat mudah. Tergantung
ingin pake cara profesional atau cara rumahan. Kali ini yang akan kita
tunjukkan adalah cara budidaya skala rumahan, sebab dengan cara rumahan
tak perlu menggunakan lahan yang luas dan tentunya biaya juga sidikit.
Cara budidaya lobster yaitu:
Sediakan terpal untuk kolam/ plastik yang cukup tebal
Pastikan lokasi di sekitar rumah yang kontur tanahnya rata dan
usahakan lokasi tersebut tak terlalu banyak terkena sinar matahari namun
jangan sampai pula tak ada cahaya mataharinya, bisa dibilang cahaya
mataharinya cukup.
Buatlah kolam dengan media terpal/ plastik dengan ukuran 1 m x 2 m dengan tinggi kolam sekitar 80 cm.
Selanjutnya Isi dengan air bersih dengan ketinggian air skitar 60
cm, tinggi air jangan sampai sesuai dengan tinggi kolam karena lobster
bisa kabur. Jadi usahakan ketinggian air kurang 10-30 cm dari tinggi
kolam.
Masukanlah eceng gondok/ sejenisnya, karena lobster sangat menyukai tanaman tersebut.
Kemudian masukan lobsternya, usahakan jenis betina lebih banyak dari jenis pejantan.
Ketika lobster betina sudah terlihat mempunyai telur maka segera
dipisahkan ke kolam lain. Sebab lobster termasuk kanibal. Biarkan si
betina menetaskan telurnya pada kolam terpisah.
Jika telur telah menetas, pindahkan betina tersebut dari kolam penetasan.
Berilah makan secara rutin anak lobster tersebut. Dan sekitar beberapa bulan kemudian, lobster tersebut akan tumbuh dewasa.
Membudidayakan lobster skala rumahan memang tergolong mudah, karena
dengan jumlah yang terbatas pasti akan lebih ringan dari segi perawatan.
Tak ada salahnya juga jika dirasa prospeknya bagus untuk membuat kolam
yang lebih banyak lagi. Untuk bisa berhasil dalam budidaya lobster ini,
cobalah dari yang sedikit dulu, lalu kembangkan dengan jumlah yang lebih
banyak. Semoga sukses.
Selasa, 23 Juli 2013
Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
Migrasi ikan adalah adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat
ke tempat yang lain yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi
alam yang menguntungkan untuk eksistensi hidup dan keturunannya. Ikan
mengadakan migrasi dengan tujuan untuk pemijahan, mencari makanan dan
mencari daerah yang cocok untuk kelangsungan hidupnya. Migrasi ikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor eksternal (berupa faktor
lingkungan yang secara langsung atau tidak langsung berperan dalam
migrasi ikan) maupun internal (faktor yang terdapat dalam tubuh ikan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi:
Faktor Eksternal
- Bimbingan ikan yang lebih dewasa
Ikan mampu melakukan migrasi untuk kembali ke daerah asal karena adanya bimbingan dari ikan yang lebih tua.
Contoh: migrasi ikan herring Norwegia atau ikan Cod laut Barents, ikan
lebih tua cenderung tiba di tujuan lebih dulu dari pada ikan muda
- Bau perairan
Ikan anadromous mampu bermigrasi ke daerah asal dengan melalui beberapa
cabang sungai, kemampuan memilih cabang sungai yang benar diduga
dilakukan dengan mengenali bau-bauan bahan organik yang terdapat dalam
sungai.
Contoh: Ikan salmon mampu mengenali bau morpholine dengan konsentrasi 1 x
10-6ppm, jika suatu cabang sungai diberi larutan morpholine, maka ikan
salmon akan masuk ke cabang sungai tadi. Hal ini menunjukkan bahwa ikan
menggunakan indera pencium untuk bermigrasi ke daerah asalnya.
- Suhu
Fluktuasi suhu dan perubahan geografis merupakan faktor penting yang
merangsang dan menentukan pengkonsentrasian serta pengelompokkan ikan.
Suhu akan mempengaruhi proses metabolisme, aktifitas erakan tubuh dan
berfungsi sebagai stimulus saraf.
Contoh: suhu permukaan yang disukai ikan cakalang berkisar 160-260C,
sedangkan suhu tinggi merupakan faktor penghambat bagi ikan salmon untuk
bermigrasi (pada suhu 240C tidak ada ikan salmon yang bermigrasi).
- Salinitas
Ikan cenderung memilih medium dengan salinitas yang lebih sesuai dengan
tekanan osmotik tubuh mereka masing-masing. Perubahan salinitas akan
merangsang ikan untuk melakukan migrasi ke tempat yang memiliki
salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya.
Contoh: Seriola qiuqueradiata menyukai medium dengan salinitas 19 ppt,
sedangkan ikan cakalang menyukai perairan dengan kadar salinitas 33-35
ppt.
- Arus pasang surut
Arus akan mempengaruhi migrasi ikan melalui transport pasif telur ikan
dan juvenil dari daerah pemijahan menuju daerah asuhan dan mungkin
berorientasi sebagai arus yang berlawanan pada saat spesies dewasa
bermigrasi dari daerah makanan menuju ke daerah pemijahan. Ikan dewasa
yang baru selesai memijah juga memanfaatkan arus untuk kembali ke daerah
makanan. Pasang surut di perairan menyebabkan terjadinya arus di
perairan yang disebut arus pasang dan arus surut.
- Intensitas cahaya
Perubahan intensitas cahaya sangat mempengaruhi pola penyebaran ikan,
tetapi respon ikan terhadap perubahan intensitas cahaya dipengaruhi oleh
jenis ikan, suhu dan tingkat kekeruhan perairan. Ikan mempunyai
kecenderungan membentuk kelompok kecil pada siang hari dan menyebar pada
malam hari.
- Musim
Musim akan mempengaruhi migrasi vertikal dan horisontal ikan, migrasi
ini kemungkinan dikontrol oleh suhu dan intensitas cahaya. Ikan pelagis
dan ikan demersal mengalami migrasi musiman horisontal, mereka biasanya
menuju ke perairan lebih dangkal atau dekat permukaan selama musim panas
dan menuju perairan lebih dalam pada musim dingin.
- Matahari
Ikan-ikan pelagis yang bergerak pada lapisan permukaan yang jernih
kemungkinan besar menggunakan matahari sebagai kompas mereka, tetapi hal
ini mungkin tidak berlaku bagi ikan-ikan laut dalam yang melakukan
migrasi akibat pengaruh musim.
- Pencemaran air limbah
Pencemaran air limbah akan mempengaruhi migrasi ikan, penambahan
kualitas air limbah dapat menyebabkan perubahan pola migrasi ikan ke
bagian hulu sungai.
Contoh: ikan white catfish pada musim pemijahan banyak terdapat didaerah
muara, padahal biasanya ikan ini memijah di hulu sungai. Tetapi migrasi
mereka terhalang oleh air limbah di hulu sungai.
Faktor Internal
- Kematangan gonad
Kematangan gonad diduga merupakan salah satu pendorong bagi ikan untuk
melakukan migrasi, meskipun bisa terjadi ikan-ikan tersebut melakukan
migrasi sebagai proses untuk melakukan pematangan gonad.
- Kelenjar-kelenjar internal
Migrasi ikan Cod di laut Barent dikontrol oleh kelenjar tiroid yang
berada di kerongkongan, kelenjar tersebut aktif pada bulan September
yang merupakan waktu pemijahan ikan Cod.
- Insting
Ikan mampu menemukan kembali daerah asal mereka meskipun sebelumnya ikan
tersebut menetas dan tumbuh di daerah yang sangat jauh dari tempat
asalnya dan belum pernah melewati daerah tersebut, kemampuan ini diduga
berasal dari faktor insting.
- Aktifitas renang
Aktifitas renang ikan meningkat pada malam hari, kebanyakan ikan
bertulang rawan (elasmobranch) dan ikan bertulang keras (teleost) lebih
aktif berenang pada malam hari daripada di siang hari.
Pola distribusi, migrasi, daya pulih dan daya adaptasi ikan terhadap
perubahan lingkungan merupakan landasan bagi upaya pelestarian
sumberdaya ikan. Informasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan
jumlah beban masukan bahan organik maupun inorganik ke suatu perairan
agar tidak melebihi daya adaptasi dan mengganggu siklus hidup suatu
jenis ikan.
Memetik Manfaat dari Migrasi Otak Encer
Minggu, 16 Agustus 2009 – 11:39 wib
“KEMITRAAN dan kerja sama global terus kita kembangkan. Hubungan dan
kerja sama antarbangsa harus berada dalam konteks yang saling
menguntungkan dan berkeadilan. Prinsip ini harus kita pegang teguh, baik
dalam lingkup hubungan dan kerja sama regional maupun global. Kerja
sama dan kemitraan antarbangsa juga harus tetap mengedepankan
kepentingan nasional.” Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rapat
Paripurna DPR RI, 14 Agustus 2009.
Alkisah, beberapa nelayan Madura ditangkap di perairan Australia.
Saat di ruang pengadilan, hakim bertanya mengapa nelayan tersebut
mencuri ikan-ikan Australia. Dengan jujur dan polos sang nelayan
menjawab, “Yang Mulia, kami tidak berniat mencuri ikan milik rakyat
Australia, mencuri adalah pekerjaan terkutuk. Kami hanya mengejar,
berupaya menangkap, dan membawa pulang ikan-ikan kami yang berenang ke
perairan Australia.”
Anekdot ini terkesan mengolok-olok orang Madura. Namun, jika kita
mencermatinya dengan kepala dingin dan hati terbuka, kita akan
terkagum-kagum dengan pengetahuan para nelayan itu yang seolah sudah
paham betul akan fenomena migrasi ikan.
Para ilmuwan sudah lebih dari satu dekade melakukan debat ilmiah
untuk mengenali pola migrasi ikan-ikan khususnya tuna, baik tuna sirip
biru, sirip kuning, dan mata besar. Migrasi tuna ini terjadi di laut
Pasifik, Atlantik, dan Samudera Hindia. Banyak faktor yang memicu debat
ilmiah ini.
Ada yang berdalih mencari tahu dan menjawab keingintahuan ilmuwan
biologi akan perilaku tuna yaitu mencari tahu jenis dan pola pakan,
beranak-pinak, dan predator. Ada pula yang memandang dari fisika statik
seperti salinitas dan temperatur dan dinamika air laut seperti pola arus
laut sebagai faktor penentu migrasi.
Bahkan shusiyang semula hanya makanan khas orang Jepang namun
kemudian merebak ke segala penjuru dunia ikut ambil bagian dalam debat
seputar migrasi tuna ini mengingat salah satu bagian penting dari shusi
adalah ketersediaan tuna berkualitas tinggi dan segar. Berbagai metode
studi dan riset serta instrumen ukur dikembangkan untuk memahami
fenomena migrasi tuna ini.
Diskusi dan debat ilmiah ini yang kemudian memberi pengertian
bagaimana perilaku migrasi tuna ini. Di kawasan mana tuna bertelur dan
membesarkan turunannya, ke mana migrasi dan kapan waktu tuna ini
bermigrasi sudah mulai dipahami. Pemahaman ini kemudian menyadarkan kita
bahwa tuna tidak tepat dibudidayakan di satu tempat saja. Migrasi
adalah pola hidup alamiah tuna.
Tidak ada batas laut sampai batas negara yang membatasi gerak migrasi
tuna ini. Tantangan bagi kita menerima fakta ini dan mencari
alternatif-alternatif untuk disepakati secara global, alternatif yang
memberi keuntungan terbaik bagi kita dari migrasi tuna melanglang lintas
laut dan Samudera. Keadilan dan keberlanjutan tentu dijadikan nilai
luhur dalam pemilihan alternatif eksploitasi tuna. Jika tidak, kepunahan
akan mengancam populasi tuna yang lezat dan bergizi ini.
Brain Drain, Menjadi Perhatian Dunia dan Musuh Bersama
Fenomena yang serupa dengan migrasi tuna ini juga terjadi pada kita.
Kesepakatan mengakhiri Perang Dunia II telah menciptakan situasi yang
kondusif bagi beberapa negara untuk membangun sosioekonominya. Terjadi
pertumbuhan yang pesat di beberapa negara.
Sementara itu beberapa negara lain tertinggal bahkan terperangkap
dalam kemiskinan dan ada juga yang mengalami pertikaian dan perebutan
kekuasaan dalam negeri. Terjadi beda potensi ekonomi dan sosio-politik.
Perbedaan potensi ini memicu perpindahan khususnya ilmuwan yang migrasi
dari satu negara ke negara lain.
Migrasi ilmuwan ini yang kemudian menjadi isu global dan dikenal
sebagai fenomena brain drain, yaitu para otak encer lari dari negara
aslinya dan mengadu untung di negara lain yang dipandang lebih
menjanjikan baik dari ukuran kesempatan menyalurkan kreativitas dan
inovasi bahkan ada juga yang hijrah karena menengok fatamorgana
ketenangan hidup di seberang sana.
Penggunaan istilah brain drain yang dalam kosakata kita berarti kuras
otak jelas bermakna negatif yaitu kerugian yang dialami yaitu
berkurangnya jumlah orang pintar oleh negara di mana sang otak encer
berasal. Tudingan ketimpangan atau ketidakadilan menjadi tantangan
dunia.
Tak pelak, Kofi Annan yang kemudian digantikan Bang Kiimoon sebagai
Sekjen PBB berteriak lantang untuk menghentikan fenomena brain drain
yang merugikan ini. Beberapa artikel yang mengupas misalnya berjudul
Bolivarian Brain Drain yaitu fenomena kuras otak yang bergejolak di
negara- negara Amerika Latin.
Pemimpin fenomenal seperti Hugo Chavez berdiri di depan dan berteriak
keras mengingatkan dunia akan ketidakadilan pada negara-negara Amerika
Latin. Begitu juga artikel berjudul Shanghai Brain Drain dan African
Brain Drain. Sejak krisis Asia di 1998 yang juga membuat Indonesia
sengsara, kita sering mendengar, membaca, dan melihat tayangan seputar
fenomena brain drain ini di Tanah Air.
Beberapa di antaranya eksodus ahli dirgantara ke pabrik-pabrik di
Jerman, Prancis, Inggris, Belanda, USA, Brasil, dan Canada; hengkangnya
ahli nuklir ke Eropa, Asia, dan Amerika; juara-juara Olimpiade Iptek
yang mendapat tawaran beasiswa menggiurkan dari negara tetangga;
berbondongnya dosen dan peneliti ke Negara Jiran.
Menarik menyimak penggalan pidato Shimon Perez saat mengulas fenomena
brain drain, yaitu “Historically, wars between nations, and later
between people, have always been about land and its appropriation. Now
that the land is generally distributed, a new type of war has appeared,
the war about technology and its control. This is, I believe, the new
threat for the upcoming century “.
Pengembangan dan penguasaan teknologi yang disebut Shimon Perez ini
ditengarai sebagai pemicu terjadinya mobilitas otak encer. Di era
globalisasi ini teknologi dijadikan senjata pamungkas dalam memosisikan
diri bagi suatu negara penjadi pemain utama. Terjadi perlombaan yang
tidak adil yang menjadikan yang kuat ekonominya semakin kuat
teknologinya.
Tanpa kemampuan mengembangkan dan menguasai teknologi telah berakibat
pada terciptanya suatu kondisi sebagai konsumen semata bahkan memaksa
menjadi tamu di negaranya sendiri. Ketimpangan menjadi pemantik
terjadinya kecemburuan sosial bahkan menjurus pada ketegangan politik
antarnegara. Independensi dan keadilan yang menjadi nilai luhur PBB
tertantang oleh fenomena brain drain ini.
Manfaat Migrasi Otak Encer
Beberapa negara ada yang dengan sengaja mendorong terjadinya
mobilitas orang pintarnya ke negara-negara yang dipandang sebagai sumber
inovasi teknologi. Tengok misalnya bagaimana Jepang, Korea Selatan,
India, dan China memfasilitasi ilmuwannya ke AS dan Eropa.
Ilmuwan ini diperlakukan sebagai duta besar atau special envoy dengan
misi ikut mengembangkan dan menguasai teknologi. Kemajuan teknologi
yang diikuti kemajuan ekonomi di Korea Selatan, Jepang, India, dan China
tak pelak adalah kontribusi ilmuwan yang hijrah baik sementara atau
selamanya ke negara sumber inovasi.
Walaupun demikian, kebijakan mobilitas ilmuwan ini juga tidak lepas
dari pro dan kontra sosio-politik. Dengan menggunakan kekuatan ekonomi
kemudian beberapa langkah strategis dilakukan dengan tujuan mengambil
manfaat maksimal dari kaum otak encer tersebut.
Menjadikan mereka sebagai duta besar iptek adalah hanya salah satu
cara. Keberadaan ilmuwan di seberang sana akan menjadi pemasok informasi
tangan pertama bagi rekan-rekannya di kampung halaman. Mereka juga
menjadi pembuka peluang dan pembuka jalan mengalirnya investasi dan
devisa.
Membuka peluang, menyediakan fasilitas setara, dan memberi kompensasi
ekstra yang kemudian dipopulerkan dengan istilah reverse brain drain
juga cara yang telah banyak terbukti memberikan manfaat. China, India,
Brasil, dan Pakistan adalah contoh negara-negara yang getol dalam
program reverse brain drain.
Memusuhi dan menuding mereka tidak nasionalis hanya akan memperburuk
situasi dan semuanya akan rugi. Negara dan rakyat tempat asal tidak
mendapat manfaat, ilmuwan yang sedang hijrah semakin enggan pulang dan
tak mau berbagi. Jangan picik menilai mereka sebagai brain drain yang
merugikan tanah leluhurnya, terimalah ini sebagai kenyataan, bukan untuk
dihindari, melainkan untuk dicari hikmah dan manfaatnya.
Penggalan pidato Presiden RI pada Rapat Paripurna DPR RI di atas
adalah sikap positif, mengajak kita untuk membuka pikiran dan mencari
peluang serta menerima globalisasi sebagai strategi kerja sama
internasional – orang per orang, institusi per institusi, sampai negara
per negara.
Lebih jauh lagi, Presiden telah mengajak kita mengubah paradigma dari
perangkap mengecam brain drainmenuju mengambil manfaat–brain gain–dari
migrasi otak encer– brain circulation. Presiden Soekarno pernah berujar,
“Biarkan sumber daya alam kita tersimpan di bumi ini sampai saatnya
nanti anak negeri ini mampu menggali dan mengolahnya sendiri”.
Di sini ditekankan betapa pentingnya membuat anak negeri memiliki
kemampuan yang mumpuni. Hijrah ke mancanegara adalah upaya efektif untuk
meningkatkan kemampuan anak negeri. Pemberian kesempatan (affirmative
action) menggali dan mengolah kekayaan zamrud khatulistiwa adalah
pengejawantahan dari reverse brain drain.
Sebagai penutup, mari samasama menyimak hipotesa: Indonesia hanya
akan maju teknologinya dan ekonominya jika terdapat cukup jumlah otak
encer anak negeri yang berkarier dan berkarya di mancanegara. Buka
peluang agar 10% dari otak encer negeri ini berkompetisi dalam sirkuit
internasional, brain circulation. Jangan biarkan kita terperangkap dan
terkecoh oleh tudingan brain drain.(*)
Nama ziddu mungkin sudah tidak
terdengar asing lagi, karena banyak yang menggunakan layanan ini. Selain
gratis, caranyapun cukup mudah.
Nah.. untuk memulai "cara meng-upload file agar bisa di download"
pada blog langkah pertama yang harus dilakukan adalah registrasi terlebih
dahulu di ziddu.